Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Asesor LSP Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku. Salam literasi

Pemimpin Silent Killer Itu Ada

5 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pemimpin silent killer
Iklan

Hati-hati, Pemimpin Silent Killer Itu Nyata. Caranya halus untuk menyingkirkan orang lain. Mulutnya manis tapi hatinya busuk

***

Tadinya, kita hanya mengenal penyakit silent killer, seperti hipertensi, diabetes, kanker, atau jantung. Penyakit yang secara tiba-tiba menyerang dan mematikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ternyata, tidak hanya di penyakit, pemimpin atau atasan yang silent killer pun ada. Sebut saja, pemimpin yang arogan dan bersikap subjektif dalam menjalin hubungan kerja. Gejala awalnya tidak jelas, sudah dikenali pada tahap awal jadi pemimpin. Tapi seiring perjalanan, akhirnya jadi penyebab kerusakan serius pada organisasi kerja. Sebut saja, pemimpin silent killer, yang pada akhirnya akan merusak organisasi kerja yang mewadahinya. Hati-hati dan patut dicermati.

Pemimpin silent killer dalam konteks sosial jarang bergaul. Biasanya muncul belakangan untuk meng-aktualisasikan diri sambil merebut simpati orang lain. Tapi begitu diberi jabatan langsung berubah perilakunya jadi manipulatif. Pikirannya buruk, sikapknya subjektif dan gemar menjustifikasi apapun.

Biasanya orang semacam ini karena kurang wawasan dan kurang pergaulan. Tidak luas pergaulan sebelumnya. Dalihnya untuk memajukan organisasi, tapi nyatanya jalan di tempat. Bila ada yang dilakukan hanya sebatas membayar janji yang digebar-gemborkan sebelum punya jabatan.

Pemimpin silent killer biasanya targetnya memusuhi orang yang tidak sepaham dan dengan segala cara berusaha menyingkirkan orang lain (sekalipun awalnya meminta dukungan untuknya). Jadi, hati-hati dengan pemimpin “silent killer atau pembunuh senyap.

Pemimpin silent killer biasanya berusaha mengendalikan orang lain. Tanpa diketahui niat jahatnya secara langsung. Seringkali membangun narasi atau argumen subjektif, untuk menyatakan “harusnya begini, harusnya begitu”. Untuk menyatakan secara halus orang lain salah. Padahal, narasi dan argument yang dibangunnya hanya akal-akalan alias berangkat dari subjektivitas tinggi. Tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan nyata-nyata, pemimpin silent killer ngomongnya di depan publik manis tapi perilaku konkretnya pahit. Dikasih kepercayaan memegang organisasi, justru jadi momen untuk mencari popularitas semu!

Ternyata, pemimpin silent killer itu ada dan nyata. Orang begini biasanya jarang bergaul, wawasannya pun sempit. Ditambah sikap arogan dan subjektif, maka jadilah prinsip kerjanya kaca mata kuda. Sok tahu dan sok merasa benar. Pemimpin model begini, pengen maju tapi harus menyingkirkan orang lain. Pengen naik daun tapi harus menjatuhkan orang lain. Pengen dibilang baik tapi caranya menjelekkan orang lain. Dan pengen dibilang benar tapi harus menyalahkan orang lain. Jadi, hati-hatti bila ketemu dengan pemimpin model begini. Diam dan pergi!

Pemimpin silent killer bekerja dalam senyap untuk memperjuangkan arogansi dan subjektivitasnya. Ilmunya belum tentu banyak tapi merasa tahu segalanya. Kerjanya elegan dan halus tapi niatnya untuk menyingkirkan orang lain tanpa terlihat jahat. Dia lupa, bahwa pangkat jabatan dan sejenisnya itu cuma semu. Dia rela bermusuhan dengan orang lain hanya untuk menyebut dirinya benar. Padahal bila si-survei pakai google form tentang dirinya, mungkin skor-nya biasa-biasa saja.

Hati-hati bila bertemu pemimpin silent killer di tempat kerja, di organisasi profesi. Biasanya pura-pura mendukung, tapi diam-diam menjatuhkan. Di depan orang banyak seolah setuju atau ramah, tapi di belakang memberi info negatif, gosip, atau framing buruk tentang orang  lain. Terlalu gampang memanipulasi informasi sekalipun ada bukti otentik. Lalu membangun narasi dan argumen yang seolah-olah dia baik. Dan biasanya, dia tidak bisa kerja. Jadi harus menggunakan orang ketiga – pihak lain untuk eksekusi pikiran buruknya. Anehnya, ada pula orang-orang yang sama buruknya dengan si pemimpin “silent iller”.

Kata-kata pemimpin silent killer  deliknya bisa kelihatan. Bilangnya, “Wah idenya bagus tapi saya maunya begini”. Kesannya mendukung orang lain padahal sedang memaksa pikirannya untuk di-iya-kan orang lain. Begitulah seterusnya dan seterusnya. Tidak jadi tapi mampu bersandiwara dengan mulut manisnya. Tentu, tujuannya untuk memoles citra diri sambil mengecilkan orang lain. Kalau lagi sendiri, kira-kira dia akan menepuk dadanya sendiri sambil berkata dalam hati, “Tuh kan, gue mampu …”. Begituah adanya si silent killer.

Maka hati-hati, bahwa pemimpin buruk yang silent killer itu ada di dekat kita.Kata-katanya manis untuk menutupi hatinya yang busuk. Omongannya keren untuk memanipulasi niat jahatnya. Permainannya halus tapi terstruktur jeleknya. Hingga jelas pembeda anta pemimpin silent killer vs pemimpin sehat yang demokratis.

Pemimpin buruk silent killer nyata-nyata lebih senang membicarakan orang, sementara pemimpin sehat lebih gemar membahas ide dan gagasan. Pemimpin buruk lebih senang menengok masa lampau, sementara pemimpin sehat lebih bicara visi ke depan dan apa yang mau dikerjakan. Selamat mencermati dan berhati-hatilah dengan pemimpin!

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler